Siklus akuntansi suatu perusahaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mencatat seluruh peristiwa dalam operasional sehari-hari suatu perusahaan.
Proses ini biasanya berjalan dalam jangka waktu satu tahun, dan hasil dari proses tersebut dilaporkan kepada perusahaan pada akhir tahun.
Proses penagihan ini berulang terus menerus sehingga membentuk suatu siklus yang disebut siklus penagihan.
Pengertian Siklus Akuntansi
Menurut laman Wikipedia, siklus akuntansi adalah proses berulang yang digunakan bisnis untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan menyajikan informasi keuangan dalam laporan keuangan.
Siklus akuntansi dimulai dari transaksi pertama dan diakhiri dengan penyusunan laporan keuangan tahunan.
Siklus ini meliputi beberapa tahapan seperti pengumpulan informasi, pencatatan transaksi, perubahan dan pemeliharaan jurnal umum, penyusunan neraca saldo, penyusunan laporan keuangan, dan penutupan rekening.
Tujuan siklus akuntansi adalah untuk memastikan bahwa informasi keuangan yang terkandung dalam laporan keuangan akurat, andal, relevan, dan terkini.
Mengikuti siklus akuntansi yang tepat memungkinkan perusahaan memantau kinerja keuangannya, membuat keputusan bisnis yang tepat, dan mematuhi persyaratan pajak dan hukum yang berlaku.
Tahapan Siklus Akuntansi
Siklus akuntansi terdiri dari beberapa fase yang harus dilakukan bisnis berulang kali untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan menyajikan informasi keuangan dalam laporan keuangan.
Tahapan siklus akuntansi yang umum digunakan oleh bisnis adalah sebagai berikut.
1.Identifikasi Transaksi
Identifikasi setiap transaksi merupakan fase pertama dari siklus akuntansi. Aktivitas identifikasi ini harus dilakukan dengan baik oleh akuntan. Hal ini dapat dilakukan dengan mencatat seluruh transaksi yang dilakukan.
Segala transaksi yang secara langsung mempengaruhi perubahan kondisi keuangan suatu perusahaan dan dinilai secara obyektif dicatat sebagai transaksi akuntansi. Jika terjadi transaksi, kamu juga harus memberikan bukti transaksi untuk memverifikasi identitas diri. Bukti transaksi ini dapat berupa kwitansi, invoice, memo, atau bukti lain yang dianggap sah dalam dunia akuntansi.
Oleh karena itu, segala transaksi akuntansi terutama yang berkaitan dengan perubahan kondisi keuangan suatu perusahaan hendaknya menggunakan bukti transaksi yang dapat dicatat dan diidentifikasi oleh seorang akuntan.
2. Analisis Transaksi
Setelah tahap identifikasi, pada tahap siklus akuntansi berikutnya, akuntan melakukan analisis dampak transaksi yang perlu dilakukan. Sistem pencatatan dapa mempengaruhi status keuangan perusahaan. Sistem akuntansi perusahaan selalu didasarkan pada pembukuan double-entry.
Artinya setiap transaksi akuntansi yang terjadi mempengaruhi posisi keuangan debit dan kredit dan jumlahnya harus sama. Secara matematis, akuntansi pada umumnya menggunakan rumus berikut ketika menganalisis dan menghitung transaksi yang terjadi: Aset = Kewajiban + Ekuitas.
Misalnya, suatu perusahaan menerima investasi tunai sebesar Rp1.000.000 serta peralatan dan perlengkapan sebesar Rp500.000. Analisis transaksi ini menunjukkan adanya peningkatan pada kas, perlengkapan dan peralatan sebesar Rp1.500.000.
Karena seluruh transaksi tersebut merupakan bagian dari modal perseroan, maka penambahan ini merupakan penambahan modal perseroan sebesar Rp1.500.000.
3. Mencatat transaksi pada jurnal
Mencatat transaksi pada jurnal Diagram siklus dalam akuntansi.Sumber Envato Setelah akuntansi melakukan analisis transaksi, langkah selanjutnya dalam siklus akuntansi adalah mencatat semua transaksi dalam jurnal keuangan.
Dalam akuntansi, jurnal diartikan sebagai catatan kronologis transaksi yang dilakukan selama suatu periode waktu. Proses memasukkan informasi ini disebut penjurnalan. Proses entri jurnal membagi setiap transaksi menjadi bagian debit dan kredit. Pencatatan ini dapat dilakukan dalam buku harian umum.
Pencatatan harus dilakukan secara hati-hati dan berurutan tanpa ada transaksi yang terlewat. Oleh karena itu, Kamu akan menerima jumlah debit dan kredit yang sama di akhir periode.
4. Posting ke buku besar
Setelah dicatat dalam jurnal, seluruh transaksi dipindahkan ke buku besar pada siklus akuntansi berikutnya. Secara umum, buku besar dapat didefinisikan sebagai kumpulan akun akuntansi yang berisi informasi tentang aset tertentu yang dicatat selama periode waktu tertentu.
Memang benar bahwa perusahaan mempunyai daftar akun buku besar yang berbeda. Setiap akun di buku besar diberi nomor kode tertentu. Tujuannya untuk memudahkan proses identifikasi pada jurnal. Juga memudahkan akuntan untuk mengecek ulang dan mereferensikan transaksi yang tercatat di buku besar.
5. Menyusun neraca saldo dan entri jurnal penyesuaian
Langkah selanjutnya dalam siklus akuntansi yang dilakukan oleh seorang akuntan adalah menyiapkan neraca saldo dan entri jurnal penyesuaian. Neraca saldo memuat daftar saldo setiap akun dalam buku besar pada periode tertentu.
Saat membuat neraca saldo, saldo-saldo yang terdapat dalam buku besar harus diagregasi dan dalam keadaan yang sama. Apabila ditemukan transaksi-transaksi yang tidak dicatat atau ditemukan kesalahan dalam neraca, maka akuntan wajib mencatatnya dalam neraca.
Pembuatan jurnal penyesuaian ini terjadi secara berkala dan prosesnya sama seperti pembuatan jurnal umum. Hasil laporan keuangan menjadi kenyataan ketika dicatat dalam jurnal penyesuaian.
6. Penyusunan Neraca Saldo Penyesuaian dan Laporan Keuangan
Tahapan berikutnya dalam siklus akuntansi adalah penyusunan Neraca Saldo Penyesuaian dan Laporan Keuangan. Neraca Saldo Penyesuaian dibuat berdasarkan pada buku Neraca Saldo yang sudah dibuat sebelumnya dengan memperhatikan Jurnal Penyesuaian.
Saldo-saldo tersebut terbagi ke dalam kelompok aktiva dan pasiva sesuai dengan statusnya. Kemudian disusun hingga jumlah saldo keduanya sama besar.
Bagian yang perlu diperhatikan dalam penyusunan Neraca Saldo Penyesuaian adalah jumlah saldo pada Aktiva maupun Pasiva berjumlah sama besar. Jika tidak, maka terjadi kesalahan dalam perhitungan dan tidak bisa dibuat Laporan Keuangannya.
Laporan Keuangan ini dibuat setelah jumlah saldo Aktiva dan Pasiva pada buku Neraca Saldo berjumlah sama besar. Dalam Laporan Keuangan disusun beberapa laporan seperti laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan neraca yang menghitung likuiditas, solvensi, dan fleksibilitas. Selanjutnya, akuntan masuk ke dalam tahapan terakhir yakni pembuatan Jurnal Penutup.
7. Menyusun Jurnal Penutup
Tahapan berikutnya dalam siklus siklus akuntansi adalah penyusunan Jurnal penutup oleh seorang akuntan. Jurnal Penutup ini disusun pada akhir periode akuntansi dengan cara menutup rekening nominal atau rekening laba rugi.
Untuk menutup kedua rekening tersebut, caranya bisa dengan membuat nihil nilai rekening tersebut. Tujuan melakukan penutupan rekening ini adalah untuk melihat aliran pada sumber selama periode akuntansi tersebut berjalan.
Setelah rekening tersebut ditutup, Jurnal Penutup ini bisa digunakan untuk mengukur setiap kegiatan yang telah dilaksanakan selama periode tersebut.
Pada periode selanjutnya, Jurnal Penutup bisa membantu untuk memulai kembali dalam siklus akuntansi selanjutnya.
8. Tambahan: Menyusun Neraca Saldo dan Jurnal Pembalik
Tahapan pada siklus akuntansi dalam satu periode sebelumnya sudah bisa diakhiri dengan pembuatan jurnal penutup. Proses penyusunan Neraca Saldo dan Jurnal Pembalik ini bersifat opsional, boleh dilakukan atau tidak.
Neraca Saldo pada tahap ini berisi saldo rekening permanen dari rekening buku besar setelah Jurnal Penutup. Sementara Jurnal Pembalik dibuat agar proses pencatatan beberapa transaksi tertentu, terutama yang selalu berulang, bisa lebih sederhana.
0 comments:
Posting Komentar